Sabtu, 28 April 2012

Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Agama Islam

Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Agama Islam

 
A.    Latar Belakang Masalah
Globalisasi adalah salah satu kata yang tidak asing lagi bagi kita dan banyak dibicarakan dengan pemahaman makna yang beragam. Dan globalisai memang telah merubah pola pikir dan kebiasaan manusia. Dunia dipandang sebagai satu kesatuan dimana semua manusia di muka bumi ini terhubung satu sama lain dalam jaring-jaring kepentingan yang amat luas. Masyarakat yang dulunya tradisional berubah menjadi masyarakat yang modern. Globalisasi merupakan suatu pandangan masyarakat global yang merujuk pada perkembangan tatanan kehidupan, mulai dari perkembagan sektor perekonomian, perdagangan dan teknologi informasi. Namun, perkembangan itu tidak selalu merujuk pada hal-hal positif saja, banyak dampak-dampak negatif globalisasi di rasakan masyarakat.
Globalisasi yang cenderung ke arah westernisasi yang bersumber dari masyarakat  Barat, yang akan mempengaruhi masyarakat akan berpola hidup ke barat-baratan ketika terkena arus globalisasi. Begitu juga dengan nila-nilai agama yang telah tercipta akan terpengaruh dengan pola pikir barat. Dunia globalisasi dapat dikatakan cenderung pula pada dunia yang tak mengenal moral, sekularisasi dan merupakan bentuk hegemoni barat terhadap Negara berkembang. Sekarang Di Indonesia sendiri yang merupakan Negara mayoritas beragama islam telah terkena pengaruh barat. Nila-nilai dari ajaran agama Islam telah banyak yang luntur, karena globalisasi bersifat sekularistik, materialistik dan liberal serta tidak mengenal moral karena selalu menjunjung pada kebebasan berpendapat dan melekukan sesuatu sesuai hak asasinya. Umat islam diberbagai penjuru merasakan sebuah ketidakadilan, terutama dimana mereka hidup sebagai minoritas di Negara-negara non-muslim. Oleh karena itu umat islam harus waspada untuk menghadapi globalisasi.
B.    Rumusan Masalah
Bagaimana Islam dan tindakan Islam terhadap globalisasi yang bersifat imperialisme dan  telah mengubah dan mempengaruhi nila-nilai dan pola pikir agama Isalm itu sendiri?
A.    Bahaya Globlalisasi Yang Bersifat Modernisme dan Posmodernisme Terhadap Islam
Globalisasi selalu dihubungkan dengan modernisasi dan modernism. Para pakar budaya mengatakan bahwa ciri khas modernisasi dan manusia modern itu adalah tingkat berfikir, iptek, dan sikapnya terhadap penggunaan waktu dan penghargaan terhadap karya manusia[1].  Globalisasi di ikuti dengan perubahan sosial yang mengalir dari tingkat pemikiran yang tinggi ke tingkat pemikiran yang lebih rendah. Globalisasi bertujuan mengubah pemikiran masyarakat yang tradisional menuju masyarakat modern. Atau disebut modernisasi. Modernisasi merupakan perubahan sosial yang terjadi  secara sengaja atau di buat manusia. Modernisme adalah suatu proses untuk menjadikan sesuatu itu modern. Modern secara bahasa berarti baru”, “kekinian”, “up to dateatau semacamnya. Istilah Modern juga bisa dikaitkan dengan karateristik. Oleh karena itu, istilah modern bisa diterapkan untuk manusia dan juga lainnya, seperti dari konsep bangsa, system politik , ekonomi, Negara, kota, lembaga, sampai pada perilaku sifat dan hampir apa saja.[2]
Istilah postmodern merupakan kelanjutan dari “modern ”. Kata ini bersal dari ‘post’ dan ‘modern’,dimana kata post berarti “waktu berikutnya” atau sama dengan pasca-modern[3]. Dan postmodern tidak lepas dari pembicaraan modernism.
Salah satu ciri posmodernisme, bahwa posmodernisme bersamaan dengan era media, dalam banyak cara yang bersifat mendasar, media adalah dinamika sentral. Sifat media yang sentral dapat diterima dengan luas dan cepat, contohnya televisi, dan internet. Yang dimana dengan adanya telivisiataupun internet ini  apabila ada issu-issu terbaru dunia atau semacamya akan begitu cepat tersebar didunia.
Situasi dan kondisi kehidupan manusia, hubungan antar bangsa(internasional, global) di berbagai bidang, yakni politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam, yang kita persaksikan dewasa ini, yang dinamakan   dunia maju atau modern, pada hakikatnya dalah hasil perkembangan dan pengaruh, bahkan persaingan dan pertarungan antar isme-isme dan berbagai pandangan hidup yang disebutkan terdahulu[4].
Jadi adalah benar jika dikatakan bahwa nilai-nilai serta pandangan-pandangan hidup itu sangat erat hubungannya, bahkan sangat mempengaruhi keberadaan moral, adab, akhlak, dan perilaku manusia. Tetapi karena nilai-nilai dan pandangan hidup itu tidak sama, maka pancarannya dan pengalamannya dalam bentuk perilaku hidup pun menjadi tidak sama. Dalam ketidaksamaan itu berlangsung pula proses persaingan dan berlomba untuk mempengaruhi pola piker dan perilaku hidup manusia penghuni bumi ini. Pengaruhnya sangat besar pada kehidupan manusia baik sifatnya jasmaniah maupun rohaniah(fisik, dan mental, materiil dan spiritual)[5]. Sehingga Modernism yang cenderung bersifat westernisasi akan sangat berdampak negatif bagi umat Islam yang mudah terpengaruh belum kuat imanya. Seperti pengaruhnya dalam hal budaya atau norma-norma agama karena Kultur orang barat berbeda dengan orang Islam, mereka minum alkohol, pergi ke diskotik, mempunyai hubungan diluar nikah dan lain sebagainya. Bagi muslim yang tidak menerima sistem kelas asli, meraka akan cenderung menirunya, faktor pendidikan dan berkembangnya pemikiran/ pandangan seperti pada perubahan pandangan akan mencuci otak pikiran mereka hingga mereka menerima kebiasaan-kebiasaan orang barat dan menjadikannya hal biasa.
Ciri yang lain wilayah kota merupakan sentral bagi posmodernisme. Kota adalah tempat dimana setiap individu dengan leluasa berkembang, namun kota kadangkala menindas dengan penciptaan lingkunagan sosialnya yang bersifat keras, individual. Kekerasan di kota melahirkan kehidupan tanpa keadilan, kehidupan individualistik, kehidupan yang dipenuhi dengan kesibukan dimana harta dan teknologi telah menjadi Tuhan mereka, kehidupan yang serba maju sehingga tanpa uang semuanya sulit untuk berjalan, hal ini akan menciptakan suatu ketidak harmonisan bagi individu, tingkat perceraian yang tinggi, alkoholisme dan panyalahgunaan obat dll.
Dampak globalisme yang berupa sekularisasi Nampak sekali di Barat, dengan kecanggihan teknologi dan ilmu pengetahuan seolah manjadi agama baru, sehingga banyak diatara mereka memperTuhan-kanya. Karena modernism, posmodernisme menekankan pada kemajuan.
Dari buku yang penulis baca, dapat dinyatakan bahwa tantangan yang dihadapi oleh dunia muslim di era globalisasi  ada dua hal, yakni ynag bersifat subyektif dan yang bersifat obyektif [6]. Yang bersifat subyektif berasal dari perasaan terasing yang sedemikain mendalam terhadap kebudayaan sendiri, sebagai akibat dominasi budaya barat yang berlangsung sedemikian lama. Perasaan terasing ini nampak jelas dalam rasa rendah diri, dalam sikap agresif terhadap orang lain, dan dalam sukarnya mencari kesepakatan untuk bertindak. Sedangkan masalah obyektif disebabkan oleh banyaknya kaum elit berpendidikan barat yang berkuasa di Negara kita untuk menjalankan dan mengandalkan lembaga-lembaga budaya warisan barat. Kelompok ini telah dididik jauh untuk melaksanakan tugas-tugas atau tujuan tertentu, dan mereka memiliki ketrampilan yang memadai dan memanipulasi lembaga-lembaga imperial agar bekerja sesuai dengan kehendak penjajah. Imperialism budaya barat telah berhasil mempengaruhi dan menggerogoti keyakinan, nilai-nilai, sikap dan etika.

Globalisasi selalu digembar gemborkan oleh para aktornya sebagai sesuatu yang menguntungkan karena menghasilkan kemakmuran dunia dan hanya menguntungkan negara-negara industri kaya. Sementara hanya sedikit negara berkembang yang mendapatkan manfaat globalisasi.  Bagi umat Islam, globalisasi memang sangat berbahaya. Sebab umat Islam tidak hanya merasakan bahayanya dari sudut ekonomi, seperti kemiskinan, namun juga bahayanya secara ideologi, yakni terancamnya orisinalitas ajaran Islam.
Di Indonesia sendiri sekarang telah terkena pengaruh westernisasi, seks bebas terjadi dimana-mana, hal ini akan merusak citra nilai agama, dan Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

               B. Islam di Tengah Kehidupan Modern
Para pakar barat meyatakan secara terbuka bahwa tujuan dari segala usaha mereka dalam bidang apapun bukan untuk membuat sains selaras dengan agama. Di saat sains telah berkembang nilai agama selalu diabaikan dan dianggap tidak penting. Mereka memisahkan urusan antara agama dan Negara, karena dianggap urusan agama merupakan hal yang sakral. Hal ini disebut dengan sekularisasi, dengan adanya sekularisasi inilah lambat laun nilai-nilai agama akan pudar.  Banyak pakar muslim ketika mereka berpidato tentang Islam di masjid-masjid dan ketika mereka bertemu dengan pakar muslim yang lain mereka merasa seperti sendrian, tetapi ketika mereka sudah berada di laboratorium atau konferensi ilmiah mereka akan menggunakan topeng ideologi barat, bahkan dengan sukarela menjadi pengawal setianya, dan sedikit sekali ungkapan-ungkapan yang melukiskan keyakinan agamanya.
Fenomena diatas tadi menggambarkan bahwa pengaruh barat seolah telah menjajah dan mempengaruhi pola pikir, terutama sangat berpengaruh pada tatanan masyarakat dan agama. Sebagai sutau bentuk imperialism, globalisasi merupakan upaya untuk memodernisasikan masyarakat dan hidup layak dalam dunia modern, contohnya: mereka yang menyelanggarakan berbagai urusan di dunia muslim enggan melibatkan para ulama supaya membantu kegiatan mereka, dan lebih senang meminta para pakar sosial modern yang ahli dalam sains sosial barat. Dan akhirnya, yang mereka lakukan adalah menyesuaikan lembaga-lembaga sosial mereka dengan ideologi barat.
Para pakar sosial barat dapat dikatakan sepenuhnya mengabaikan masalah yang terjadi di dunia muslim. Barat selalu berpendapat bahwa modernisasi selalu ditandai oleh konsumsi energi perkapita yang selalau meningkat, adanya sebuah keluarga kecil, atau semakin menurunya kepatuhan terhadap agama ataupun norma-norma. Sains barat memiliki asumsi, konsepsi dan teori-teori tersendiri yang sangat mungkin tidak sesuai dengan keadaan yang berlangsung di berbagai bagian dunia Islam dan dunia ketiga.

C.    Usaha Muslim Menghadapi Globalisasi
Dari bahaya-bahaya dan ancaman globalisasi yang telah dijelaskan diatas, disini agama memberi sumbangan terhadap bahaya Globalisasi yang akan selalu mengerggoti, mengeksploitasi dan terlebih menjajah negara berkembang, khususnya agama Islam. Diam dan menghindar bukanlah hal yang akan menyelasaikan,  namun dengan potensi, keyakinan visi tantang keselarasan yang harus dilakukan. Dengan memberi landasan dan tidak mengabaikan agama (Islam) tanpa harus menghilangkan secara radikal nilai-nilai budaya, agama mempunyai peran besar dalam membangun  Sumber Daya Manusia yang berkualitas tanpa harus selalu bergantung pada pola kehidupan Barat dan berperan dalam membangun moral yang baik.
Usaha-usaha yang keras menghadapi globalisasi harus dikerjakan oleh pemikir muslim. Pendidikan merupakan salah satu bentuk terwujudnya human capital harus didesain sedemikian rupa sekiranya mampu mencetak SDM  yang tetap kukuh keimanan dan ketaqwaannya, siap berlaga dan sukses di era globalisasi[7].
Organisasi-organisasi Islam hendaknya diisi dua hal yaitu, disamping pembinaan keimanan dan ketaqwaan juga perlu mendapatkanperhatian untuk diisi peningkatan skill, produktivitas, komunikasi yang berkaitan dengan kemajuan ekonomi, kemajuan dan perkembangan IPTEK, serta masalah sosial, hukum budaya, politik dan lainya. Untuk menghasilakn SDM yang berkualitas, setiap individu harus memiliki landasan dan kemampuan yang meliputi perilaku, kerja keras disiplin, tanggung jawab dapat dipercaya dan sejenisnya dengan berpedoman pada ajaran Al-Qur’an dan Hadit’s[8].




[1] M. Solly Lubis.1997. Umat Islam Dalam Globalisasui. Jakarta: Gema Insani Press. Hlm33.
[2] Azizzy Qodri. 2003. Melawan Globalisasi, reinterpretasi Ajaran Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 5-6
[3] Ibid. hlm 10
[4] M. Solly Lubis.1997. Umat Islam Dalam Globalisasui. Jakarta: Gema Insani Press. Hlm34
[5] Ibid. hlm 35

[6] Syah Idris Ja’far,  Ahmad Farid (ed). Perspektif Muslim Tentang Perubahan Sosial. Terjemahan, oleh A.nasir Budiman. Bandung. 1988. Hlm 146
[7] Azizzy Qodri. 2003. Melawan Globalisasi, reinterpretasi ajaran Islam. Yogyakarta: pustaka Pelajar. Hlm 121
[8] Ibid, hlm 122

Tidak ada komentar:

Posting Komentar